AKTA NOTARIS: Nomor 08, Tanggal 27 November 2012 RA.CHANDRA DEWI KUSUMAWATI,SH Informasi Pendaftaran Hub.0878 384 63732

Senin, 12 November 2012

BAHAYA BODOH TERHADAP ILMU AGAMA


Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para shahabat dan pengikutnya sampai hari akhir nanti. Amin.
agama Islam, menuntut ilmu merupakan syariat yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya,
     
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”.(QS. Al-‘Alaq : 1).
                                 


Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Mujadilah : 11).
Demikian pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
طَلَبُ العِلْمِ فَرِ يْضَةُ عَلَ كُلِّ مسْلِمٍ (رواه احمد و ابن ما جه)
Mencari ilmu itu fardhu (wajib) atas setiap orang muslim”.(HR. Ahmad dan Ibnu Majah, hadits hasan). Dan sabdanya yang lain :” Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surge”. (HR. Muslim). Dan masih banyak ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan tentang masalah ilmu ini.
Menuntut ilmu agama, khususnya ilmu tentang apa-apa yang menjadi kewajiban seorang hamba Allah adalah fardhu ‘ain. Setiap orang hrus mengetahui kewajiban-kewajibannya, maka menuntut ilmu tentang itu hukumnya adalah fardhu ‘ain. Sebab tanpa mengetahui ilmunya, maka seorang hamba tidak akan bias melaksanakan kewajibannya dengan benar. Fudhail bin ‘Iyadh berkata :” Sesungguhnya amal yang dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak benar, itu tidak akan diterima, begitu juga jika mal itu benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima. Ikhlas hendaklah amal itu hanya untuk Allah, dan benar hendaklah tegak berdasarkan sunnah”.
Amal yang tidak sesuai dengan sunnah, baik itu karena penyelewengan maupun karena kebodohan, maka tidk diterima. Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَ مْرُ نَا فَهُوَ رَدٌّ (رواه مسلم)
Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka amalnya itu tertolak”. (HR. Muslim).
Orang yang beramal tanpa ilmu dan orang yang berilmu tetapi menyeleweng adalah dua golongan yang sangat merepotkan. Sulit diatur dn menjadikan lelahnya orang yang mau meluruskannya. Sampai-sampai Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkataa:” Patahlah punggungku gara-gara dua orang, yaitu orang yang berilmu tetapi menyeleweng dan orang bodoh yang rajin beribadah”.
Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah :” Kebodohan dan kedzaliman adalah pangkal dari segala keburukan”.
Kebodohan itu saja sudah merupakan pangkal keburukan, apalagi justru kebanyakan manusia itu bodoh dalam hal agama. Maka benarlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengecam manusia,
                       
(sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”.(QS. Ar-Ruum : 6-7).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat yang ke tujuh surat Ar-Rum ini mengatakan:” Maksudnya kebanyakan manusia seakan tidak punya ilmu kecuali ilmu dunia dengan segala ragamnya. Dalam masalah ini mereka cerdik cendekia (piwai), tetapi mereka lalai (bodoh) terhadap perkara-perkara dien dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka di akhirat. Mereka dalam hal agama dan akhirat ini bagai orang dungu yang tidak punya nalar dan akal pikiran”.
Jahilnya seseorang terhadap ilmu agama bisa menjerumuskan kepada bid’ah bahkan kemusyrikan. Dalam hadits dijelaskan, ketika Adi bin Hatim menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dilehernya tergntung salib dari perak, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat,
       
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah.” (QS. At-Taubah : 31).
Maka jawab Adi bin Hatim, “Sesungguhnya mereka tidak menyembahnya!” Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Benar, tetapi sesungguhnya mereka (orang-orang alim dan rahib-rahib) mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, lalu mereka mengikut, itulh ibadah kepada mereka”. (HR. At-Tirmidzi).
Dalam kisah ini, karena kebodohannya tentang ilmu agama, maka terjerumus kepada hal-hal yang menyekutukan Allah Subhanahu w Ta’ala. Oleh krena itu, menuntut ilmu agama adalah meniti jalan menuju surga, sebab menghindari dari jalan yng menuju kesesatan, baik itu bid’ah, khurafat, tahayyul, maupun sampai kepada kemusyrikan/menyekutukan Allah. Dan hal ini ditegaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :” Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge”. (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Lebih jelas lagi bahwa mengetahui atau memahami ilmu agama itu sangat penting untuk menghindari diri dari kesesatan, bid’ah, khurafat, tahayyul dan syirik adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :” Barang siapa Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah pahamkan dia dalam ilmu agama”. (HR. Bukhari).
Kebaikan disitu berarti lawan dari keburukan, sedang keburukan yng merusak agama di antaranya adalah kesesatan-kesesatan. Dan kesesatan itulah yang diberantas ilmu dien, karena ilmu dien adalah warisan para nabi. Sehingga para pemilik ilmu dien, yaitu ulama adalah pewaris para nabi. Keutamaan ulama itu dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فضل العالم على العابد كفضل القمر على النجوم، العلماء ورثة الأنبياء، والأنبياء لم يورّثوا دينارا ولا درهما وإنّما ورّثوا العلم، فمن أخذه أخذ بحظ وافر (رواه الترمذيّ )
Keutamaan seorang alim (berilmu agama) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewriskan dinar ataupuk dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu (agama), maka barangsiapa mengambilnya (yaitu mengambil warisan ilmu agama), maka dia telah mengmbil keuntungan yang banyak “. (HR. At-Tirmidzi).
Sampai-sampai Allah pun menjanjikan untuk mengangkat derajat orang beriman yng berilmu dengan firman-Nya,
         
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah : 11).
Sebaliknya, kalau mnusia sudah mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpinya, maka yang terjadi adalah sesat menyesatkan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
إِنّ الله لاَ يقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبَْضِ العُلَمَاءِ حَتَّى إِذََا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّّوا (رؤاه البخاريّ)
Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari hamba-hamba, tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan mencabut (mewafatkan) para ulama, sehingga tidak ada lagi seorang alimpun. Maka manusia mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka itu lalu dimintai fatwa, maka mereka berfatwa dengan tanpa ilmu, maka mereka itu sesat dan menyesatkan “. (HR. Al-Bukhari 1/34).
Hal yang buruk pula akan menimpa umat ketika menjelang kiamat dalam kaitan dengan ilmu. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan,
إِنَّ مِنْ أشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ العِلمَ مِن الأَصَا غِرِ
Sesungguhnya termasuk salah satu tanda akan datangnya hari kiamat adalah dicarinya ilmu dari orang-orang rendahan. (Silsilah hadits shahih no 695).
Imam Malik rahimahullah berkata:”Ilmu itu tidak diambil dari empat golongan, tetapi diambil dari selainnya, yaitu:
  1. Orang yang bodoh.
  2. Orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya.
  3. Orang yang mengajak bid’ah dan pendusta walaupun tidak sampai tertuduh mendustakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu’alaih wa sallam.
  4. Orang yang dihormati, orang shalih, dan ahli ibadah yang mereka itu tidak memhmi permasalahan.
Orang alim (ulama) adalah cahaya bagi manusia lainnya. Dengan dirinyalah manusia dapat tertunjuki jalan hidupnya. Ada kisah dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim, sebagaimana dimuat dalam kitab Riyadhus shalihin, bab taubat. Ada seorang pembunuh yang membunuh 100 orang. Dia bunuh seorang rahib/ahli ibadah sebagai korbannya yang ke-100 karena jawban bodoh dari si ahli ibadah itu yang menjawab bahwa sudah tidak ada lagi pintu taubat bagi pembunuh 99 nyawa manusia. Akhirnya setelah membunuh si ahli ibadah itu, mka si pembunuh pergi ke seorang alim dan disana ia ditunjukan jalan untuk bertaubt, yaitu agar pergi ke tempat yang di sana penghuninya menyembah Allah, agar ia ikut menyembah-Nya sebagaimana yang mereka lakukan, dan jangan sampai kembali ke desa semula karena disana tempat orang jahat. Di tengah jalan, ia mati, maka Malaikat Rahmat bertengkar dengan Malaikat Adzab. Lalu dating malaikat berujud manusia, menjadi hakim (juru damai), menyuruh agar diukur mana yang lebih dekat, kampung baik atau kampung jelek. Ternyata mayat ini lebih dekat sejengkal ke kampong baik yang dituju untuk bertaubat itu, maka dibawalah dia oleh Malaikat Rahmat. Demikianlah, dengan adanya orang alim yang member petunjuk tentang kebenaran, maka diapun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya, hingga mendapatkan jalan untuk bertaubat.
Betapa jauh bedanya antara yang berilmu dan yang tidak. Antara yang menyesatkan dan yang menunjukkan kebenaran. Wallahu a’lam bi shawwab. (diringkas dari Aliran dan Paham sesat di Indonesia. Hartono Ahmad Jaiz. Pustaka al Kautsar 2002)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Free Earth Cursors at www.totallyfreecursors.com