Islam
adalah agama yang sangat tinggi, yang tidak ada satupun agama yang
dapat mengatasi ketinggian Islam, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa
Jalla,
“ Dialah
yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan
agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrikin tidak menyukai”.( QS. At-Taubah : 33).
Dan
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :” Islam itu
tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasi ketinggian Islam “ (HR.
Daaruquthni no. 3578 dengan sanad hasan).
Sehingga,
jika seseorang memeluk Islam ini dengan benar sesuai dengan apa yang
telah Allah syari’atkan melalui lisan Nabi-Nya yang mulia,
melainkan Allah akan meninggikan dan memuliakannya di dunia dan
akherat. Inilah janji Allah yang telah ditegaskan di dalam kitab-Nya
yang mulia.
.
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka
Itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur : 55).
Oleh
karena itu kaum muslimin pada hari ini tidak dapat menjadi wakil dari
Islam, akan tetapi keadaan kaum muslimin pada hari ini sebagaimana
yang telah dikatakan oleh seorang Imam Ahlus Sunnah pada abad ini
yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimallahu Ta’ala :”
Tidak patut kita bandingkan Islam dengan keadaan kaum muslimin pada
hari ini, karena sesungguhnya kaum muslimin pada hari ini, mereka
telah melalaikan begitu bnyak perkara (meninggalkan perintah) dan
mengerjakan larangan-larangan yang besar. Sehingga seakan-akan orang
yang hidup diantara mereka di sebagian dari negeri-negeri Islam, dia
hidup di udara (yakni di lingkungannya) yang bukan Islami”.
Kondisi
umat Islam digambarkan oleh beberapa hadits-hadits Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, diantaranya sebagai berikut:
- Kondisi Al-Wahn.
Dari
Tsauban radhiyallahu’anhu, ia berkata,”Telah bersabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu
dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu
makanan di atas piring. “Seseorang berkata, “ Apakah karena
sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu
itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih diatas air. Dan Allah
mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan
di dalam hatimu penyakit wahn”. Seseorang bertanya,”Apakah wahn
itu?” Beliau menjawab,” Cinta dunia dan takut mati.” (HR.
Ahmad, Al Baihaqi, Abu Dawud no. 3745 dan dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani).
Diriwayatkan
dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, ia berkata :” Aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “
Apabila kamu berjual beli secara ‘inah (jual beli dengan cara
riba), dan kamu memegang ekor-ekor sapi, dan kamu senang dengan
tanaman-tanaman kamu, dan kamu meninggalkan jihad, pasti Allah akan
memberikan kepada kamu kehinaan, dan Dia tidak akan mencabut kehinaan
itu dari kamu sampai kamu kembali kepada Agama kamu” (HR. Abu Dawud
no 3462, Ahmad 2/28 & 42 dan Thabrani no 13582 & 13585).
- Kondisi Ad-Dakhan.
Dari
Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu’anhu berkata:”Manusia bertanya
kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang kebaikan,
sedang aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir
jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya;” Wahai Rasulullah,
sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyah dan keburukan, kemudian
Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan?”
Beliau bersabda, “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhan”. Aku
bertanya, “Apakah dakhan itu? Beliau menjawab, “Suatu kaum yang
menggunakan sunnah selain dengan sunnahku dan member petunjuk dengan
selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”. Aku
bertanya, “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau
bersabda,” Ya, dai-dai yang mengajak ke pintu jahanam , barangsiapa
yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku
bertanya,” Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku.
Beliau bersabda:”Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa
dengan bahasa kita”. Aku bertanya,” Apa yang engkau perintahkan
kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda:”Berpegang teguhlah
pada jama’ah muslimin dan imamnya”. Aku bertanya, “Bagaimana
jika tidak ada jamaah maupun imamnya?” Beliau bersabda :”
Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon
hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”.
(HR. Bukhari 3338,6557. Muslim 3434).
- Kondisi “ Sanawaatun Khodda’ah”.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata:” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:”Akan datang kepada manusia
tahun-tahun
yang penuh tipu daya,
di masa itu para pendusta dibenarkan omonganya sedangkan orang-orang
yang jujur didustakan, di masa itu para penghianat dipercaya
sedangkan orang yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa
itu muncul ruwaibidhah, ditanyakan kepada Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam apa
ruwaibidhah? Rasul menjawab:” Seorang yang bodoh yang dipercaya
berbicara/mengurusi tentang masalah rakyat/public”.
(HR. Imam Ahmad no 7571, Ibnu Majah 4026. Hadits ini shahih).
- Kondisi Al Iftiraq dan Al Ikhtilaf.
Diriwayatkan
dari Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu, dimana beliau
berkata:”Suatu hari setelah shalat subuh, Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam menasehati kami dengan satu nasehat
yang begitu mendalam, hingga air mata kami pun mengalir dan hati-hati
pun bergetar. Berkatalah seseorang:” Sungguh nasehat ini adalah
nasehat orang yang mau berpisah. Lalu apa yang engkau pesankan kepada
kami wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:”Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah,
untuk mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun yang memimpin
kalian itu seorang budak Habasyi (Ethiopia). Karena sesungguhnya
siapa diantara kalian yang nantinya masih hidup, dia akan melihat
perselisihan
yang banyak.
Dan hati-hatilah kalin dari perkara yang diada-adakan dalam agama,
karena perkara tersebut sesat. Siapa di antara kalian yang
mendapatkan keadaan tersebut maka wajib
atasnya berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yng
terbimbing dan mendapatkan petunjuk.
Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian (pegang erat-erat
jangan sampai lepas)”.(HR. Tirmidzi no 2816 dn selainnya.
Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam shahih Sunan At-Tirmidzi
2/2157).
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata :”Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Yahudi terpecah menjadi 71
atau 72 golongan, Nashrani terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan
umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan”. (HR. Abu Dawud no
3980, At-Tirmidzi no 2778 dn selain keduannya. Dan hadits ini
shahih).
Dari
hadist-hadits diatas kita dapat mengambil faedah yang banyak, yang
dapat membantu kita untuk keluar dari keterpurukan ini, diantaranya :
- Hendaknya kita beragama ini dengan ilmu bukan dengan kebodohan atau mengikuti kebiasaan nenek moyang semata. Sedangkan ilmu itu ada pada Al Qur’an dan As-Sunnah serta pemahaman para salaful ummah.
- Memahami dalil-dalil dari Al Qur’an dan As-Sunnah dengan metode (manhaj) salaful ummah dari para shahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in.
- Beragama dengan wahyu Al Qur’an dan As-Sunnah bukan dengan akal atau perasaan semata, yaitu dengan mendahulukan wahyu dari akal atau perasaan.
- Menolak setiap perkataan dari siapa saja yang menyalahi wahyu Al Kitab dan As-Sunnah, sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh para imam ahlus sunnah wal jama’ah.
- Tidak mengambil dari seseorang siapapun dia untuk diikuti sepanjang hayat kehidupan kegamaanya kecuali kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Tidak mengikuti dan masuk ke dalam satu kelompok dari kelompok-kelompok yang ada di dalam Islam kecuali kelompok yang mengikuti manhaj (metode) para shahabat di dalam melaksanakan Islam ini secara ilmu, amal dan dakwah.
- Mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan Islam secara kaffah (menyeluruh) dari pondasinya (asas) sampai kepada cabang-cabangnya, dengan ilmu, keyakinan dan amal.
- Dalam dakwah kita memulai dengan sesuatu yang paling penting kemudian yang penting setelahnya. Dalam hal ini dakwah tauhid sebagai prioritas utama, sebagaimana misi dakwah para nabi dan rasul di muka bumi ini. Mereka memulai dakwhnya dengan tauhid dan mengakhirinya dengan tauhid.
Dengan
keterangan yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut diatas maka
hendaklah kita berusaha semampu kita masing-masing untuk bisa
merelisasikan ajaran Islam ini pada diri-diri kita dan berdoa kepada
Allah Ta’ala agar diberi keistiqomahan untuk berpegang teguh diatas
agama Islam ini.”
Wahai
yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati-hati kami di atas
agama-Mu”.
Wallahu a’lam bi shawaab. Shallallahu ‘ala Muhammad wa ‘ala
alihi wa shahbihi wa man tabi’ahum ila yaumid diin. (Diringkas
dari Al masaail jilid 5. Abdul Hakim. Darus Sunnah cet ke 2 tahun
2007 dan makalah “Mengapa memilih manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah?
Oleh Ustadz Mahful Safarudin, Lc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar